Seputar cerita sexs
Perampokan Berujung Pemerkosaan Winda yg masih berusia 23th tidak menyadari bahayanya bekerja sebagai
kasir di sebuah toko serba ada di Jakarta. Dengan semangat dan
keinginan untuk mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang
tuanya yg merasa risau melihat putriya sering mendapat giliran jaga
dari malam hingga pagi. Winda lebih memilih bekerja pada shift tersebut,
karena dari saat tengah malam sampai pagi, jarang sekali ada pembeli,
sehingga Winda bisa belajar untuk kuliahnya siang nanti.
Sampai akhirnya pada suatu malam, Winda mendapati dirinya ditodong
oleh sepucuk pistol tepat di depan matanya. Yg berambut Black, dan yg
satu lagi berBrewok tebal. Mereka berdua, menerobos masuk membuat Winda
yg sedang berkonsentrasi pada bukunya terkejut.
“Keluarin uangnya!” perintah si Black, sementara si Brewok memutuskan
semua kabel video dan telepon yg ada di toko itu. Tangan Winda gemetar
berusaha membuka laci kasir yg ada di depannya, saking takutnya kunci
itu sampai terjatuh beberapa kali. Cerita Sex
Setelah beberapa saat, Winda berhasil membuka laci itu dan memerikan
semua uang yg ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada si Black, Winda
tidak diperkenankan menyimpan uang lebih dari 100 ribu di laci
tersebut. Karena itu setiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari
besi. Setelah si Black merampas uang itu, Winda langsung mundur ke
belakang, ia sangat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.
“Masa cuma segini?!” bentak si Black.
“Buka lemari besinya! Sekarang!” Mereka berdua menggiring Winda masuk
ke kantor manajernya dan mendorongnya hingga jatuh berlutut di hadapan
lemari besi. Winda mulai menangis, ia tidak tahu nomor kombinasi lemari
besi itu, ia hanya menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi melalui
celah pintunya.
“Cepat!” bentak si Brewok, Winda merasakan pistol menempel di
belakang kepalanya. Winda berusaha untuk menjelaskan kalau ia tidak
mengetahui nomor lemari besi itu. Untunglah, melihat mata Winda yg
ketakutan, mereka berdua percaya.
“Brengsek! Nggak sebanding sama resikonya! Iket dia, biar dia nggak
bisa manggil polisi!” Winda di dudukkan di kursi manajernya dengan
tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Winda juga diikat ke kaki
kursi yg ia duduki. si Brewok kemudian mengambil plester dan
menempelkannya ke mulut Winda.
“Beres! Ayo cabut!”
“Tunggu! Tunggu dulu cing! Liat dia, dia boleh juga ya?!”.
“Cepetan! Ntar ada yg tau! Kita cuma dapet 100 ribu, cepetan!”.
“Gue pengen liat bentar aja!”.
Mata Winda terbelalak ketika si Black mendekat dan menarik t-shirt
merah muda yg ia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek
membuat BH-nya terlihat. Payudara Winda yg berukuran sedang,
bergoyg-goyg karena Winda meronta-ronta dalam ikatannya.
“Wow, oke banget!” si Black berseru kagum.
“Oke, sekarang kita pergi!” ajak si Brewok, tidak begitu tertarik pada Winda karena sibuk mengawasi keadaan depan toko.
Tapi si Black tidak peduli, ia sekarang meraba-raba puting susu Winda
lewat BH-nya, setelah itu ia memasukkan jarinya ke belahan payudara
Winda. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Winda ditariknya, tubuh
Winda ikut tertarik ke depan, tapi akhirnya tali BH Winda terputus dan
sekarang payudara Winda bergoyg bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.
“Jangan!” teriak Winda. Tapi yg tedengar cuma suara gumaman. Terasa
oleh Winda mulut si Black menghisapi puting susunya pertama yg kiri lalu
sekarang pindah ke kanan. Kemudian Winda menjerit ketika si Black
mengigit puting susunya.
“Diem! Jangan berisik!” si Black menampar Winda, hingga berkunang-kunang. Winda hanya bisa menangis.
“Gue bilang diem!”, sembari berkata itu si Black menampar buah dada
Winda, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara
kiri Winda. Cerita Mesum
Kemudian si Black bergeser dan menampar uang sebelah kanan. Winda
terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Black terus
memukuli buah dada Winda sampai akhirnya bulatan buah dada Winda
berwarna merah.
“Ayo, cepetan cing!”, si Brewok menarik tangan si Black.
“Kita musti cepet minggat dari sini!” Winda bersyukur ketika melihat
si Black diseret keluar ruangan oleh si Brewok. Payudaranya terasa
sangat sakit, tapi Winda bersyukur ia masih hidup. Melihat
sekelilingnya, Winda berusaha menemukan sesuatu untuk membebaskan
dirinya. Di meja ada gunting, tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali.
“Hey, Jhoni! Tokonya kosong!”.
“Masa, cepetan ambil permen!”.
“Goblok lo, ambil bir tolol!”.
Tubuh Winda menegang, mendengar suara beberapa anak-anak di bagian
depan toko. Dari suaranya ia mengetahui bahwa itu adalah anak-anak
berandal yg ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 sampai
15 tahun. Winda mengeluarkan suara minta tolong.
“sstt! Lo denger nggak?!”.
“Cepet kembaliin semua!”.
“Lari, lari! Kita ketauan!”.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam
kantor manajer. Ia terperangah melihat Winda, terikat di kursi, dengan
t-shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.
“Buset!” berandal itu tampak terkejut sekali, tapi sesaat kemudian ia menyeringai.
“Hei, liat nih! Ada kejutan!”
Winda berusaha menjelaskan pada mereka, menggeleng-gelengkan
kepalanya. Ia berusaha menjelaskan bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia
berusaha minta tolong agar mereka memanggil polisi. Ia berusaha memohon
agar mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tapi yg keluar
hanya suara gumanan karena mulutnya masih tertutup plester.
Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian
dua, lalu tiga. Empat. Lima! Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai
sekarang mengamati tubuh Winda, yg terus meronta-ronta berusaha menutupi
tubuhnya dari pandangan mereka. Berandalan, yg berusia sekitar 15 tahun
itu terkagum-kagum dengan penemuan mereka.
“Gila! Cewek nih!”.
“Dia telanjang!”.
“Tu liat susunya! susu!”.
“Mana, mana gue pengen liat!”.
“Gue pengen pegang!”.
“Pasti alus tuh!”.
“Bawahnya kayak apa ya?!”. Cerita Hot
Mereka semua berkomentar bersamaan, kegirangan menemukan Winda yg
sudah terikat erat. Kelima berandal itu maju dan merubung Winda,
tangan-tangan meraih tubuh Winda. Winda tidak tahu lagi, milik siapa
tanga-tangan tersebut, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas
buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik
puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan
memasukan ujung lidahnya ke lubang telinga Winda.
“Ayo, kita lepasin dia dari kursi!” Mereka melepaskan ikatan pada
kaki Winda, tapi dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus
meraba dan meremas tubuh Winda. Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil
mereka menyeret Winda keluar menuju bagian depan toko.
Winda meronta-ronta ketika merasa ada yg berusaha melepaskan kancing
jeansnya. Mereka menarik-narik jeans Winda sampai akhirnya turun sampai
ke lutut. Winda terus meronta-ronta, dan akhirnya mereka berenam jatuh
tersungkur ke lantai.
Sebelum Winda sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara
lecutan, dan sesaat kemudian Winda merasakan sakit yg amat sangat di
pantatnya. Winda melihat salah seorang berandal tadi memegang sebuah
ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!
“Bangun! Bangun!” ia berteriak, kemudian mengayunkan lagi ikat
pinggangnya. Sebuah garis merah timbul di pantat Winda. Winda berusaha
berguling melindungi pantatnya yg terasa sakit sekali. Tapi berandal
tadi tidak peduli, ia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yg sekarang
menghajar perut Winda.
“Bangun! naik ke sini!” berandal tadi menyapu barang-barang yg ada di
atas meja layan hingga berjatuhan ke lantai. Winda berusaha bangun tapi
tidak berhasil. Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Winda
berguling dan berusaha berdiri dan berhasil berlutut dan berdiri.
Berandal tadi memberikan ikat pinggang tadi kepada temannya. “Kalo dia
gerak, pukul aja!”
Langsung saja Winda mendapat pukulan di pantatnya. Berandal-berandal
yg lain tertawa dan bersorak. Mereka lalu mendorong dan menarik
tubuhnya, membuat ia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi
buat memukulnya.
Berandal yg pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester
besar. Ia mendorong Winda hingga berbaring telentang di atas meja.
Pertama ia melepaskan tangan Winda kemudian langsung mengikatnya dengan
plester di sudut-sudut meja, tangan Winda sekarang terikat erat dengan
plester sampai ke kaki meja.
Selanjutnya ia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Winda dan
mengikatkan kaki-kaki Winda ke kaki-kaki meja lainnya. Sekarang Winda
berbaring telentang, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka
lebar menyerupai huruf X.
“Waktu Pesta!” berandal tadi lalu menurunkan celana dan celana
dalamnya. Mata Winda terbelalak melihat penisnya menggantung, setengah
keras sepanjang 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Winda dan
menariknya hingga mendekati pinggir meja. Kemudian ia menggosok-gosok
penisnya hingga berdiri mengacung tegang.
“Waktunya masuk!” ia bersorak sementara teman-teman lainnya bersorak
dan tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke memek Winda.
Winda melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sementara berandal
tadi mulai bergerak keluar masuk. Temannya naik ke atas meja, menduduki
dada Winda, membuat Winda sulit bernafas.
Kemudian ia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana
dalamnya. Plester di mulut Winda ditariknya hingga lepas. Winda berusaha
berteriak, tapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yg ada
di atasnya. Langsung saja, penis tadi mengeras dan membesar bersamaan
dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Winda. Cerita Dewasa 2016
Pandangan Winda berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, ketika
tiba-tiba mulutnya dipenuhi cairan kental, yg terasa asin dan pahit.
Semprotan demi semprotan masuk, tanpa bisa dimuntahkan oleh Winda. Winda
terus menelan cairan tadi agar bisa terus mengambil nafas.
Berandal yg duduk di atas dada Winda turun ketika kemudian, berandal
yg sedang meperkosanya di pinggir meja bergerak makin cepat. Ia memukuli
perut Winda, membuat Winda mengejang dan memeknya berkontraksi menjepit
penisnya. Ia kemudian memegang buah dada Winda sambil terus bergerak
makin cepat, ia mengerang-erang mendekati klimaks.
Tangannya meremas dan menarik buah dada Winda ketika tubuhnya
bergetar dan sperma pun menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk
di memek Winda. Sementara itu berandal yg lainnya berdiri di samping
meja dan melakukan masturbasi, ketika pimpinan mereka mencapai puncaknya
mereka juga mengalami ejakulasi bersamaan. Sperma mereka menyemprot
keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Winda.
Winda tidak tahu apa yg terjadi selanjutnya, ketika tahu-tahu ia
kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Ia
tersadar ketika menyadari dirinya terlihat jelas, jika ada orang lewat
di depan tokonya.
Winda meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyg-goyg. Ia menangis
dan meronta berusaha melepaskan diri dari plester yg mengikatnya.
Setelah beberapa lama mencoba Winda berhasil melepaskan tangan kanannya.
Kemudian ia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu
lagi.
“Wah, wah, wah!” terdengar suara laki-laki di pintu depan. Winda
terkejut dan berusaha menutupi dada dan memeknya dengan kedua tangannya.
“Tolong saya!” ratap Winda.
“Tolong saya Pak! Toko saya dirampok, saya diikat dan diperkosa! Tolong saya Pak, panggilkan polisi!”
“Nama lu Winda kan?” tanya laki-laki tadi.
“Bagaimana bapak tahu nama saya?” Winda bingung dan takut.
“Gue Jhoni. Orang yg kerjaannya di toko ini lo rebut!”.
“Saya tidak merebut pekerjaan bapak. Saya tahu dari iklan di koran. Saya betul-betul tidak tahu pak! Tolong saya pak!”.
“Gara-gara lo ngelamar ke sini gue jadi dipecat! Gue nggak heran lo diterima kalo liat bodi lo”.
Winda kembali merasa ketakutan melihat Jhoni, seseorang yg belum
pernah dilihat dan dikenalnya tapi sudah membencinya. Winda kembali
berusaha melepaskan ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam.
Ia menyambar tangan Winda dan menekuknya ke belakang dan kembali
diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat
ke bahu, hingga Winda betul-betul terikat erat. Ikatan itu membuat
Winda kesakitan, ia menggeliat dan buah dadanya semakin membusung
keluar.
“Lepaskan! Sakit! aduuhh! Saya tidak memecat bapak! Kenapa saya diikat?”
“Gue tadinya mau ngerampok nih toko, cuma kayaknya gue udah keduluan. Jadi gue rusak aja deh nih toko”. Cerita Seks
Ia kemudian melepaskan ikatan kaki Winda sehingga sekarang Winda
duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Kemudian
diikatnya lagi dengan plester.
Kemudian Jhoni mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya,
rak-rak ditendang jatuh. Kemudian Jhoni mulai menghancurkan kotak
pendingin es krim yg ada di kanan Winda. Es krim beterbangan dilempar
oleh Jhoni.
Beberapa di antaranya mengenai tubuh Winda, kemudian meleleh mengalir
turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya. Di depan, es
tadi mengalir melalui belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir
ke memek Winda.
Rasa dingin juga menempel di buah dada Winda, membuat putingnya
mengeras san mengacung. Ketika Jhoni selesai, tubuh Winda bergetar
kedinginan dan lengket karena es krim yg meleleh.
“Lo keliatan kedinginan!” ejek Jhoni sambil menyentil puting susu Winda yg mengeras kaku.
“Gue musti kasih lo sesuatu yg anget.”
Jhoni kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yg ada di
tengah ruangan. Winda melihat Jhoni mendekat membawa beberapa buah sosis
yg berasap. “Jangaann!” Winda berteriak ketika Jhoni membuka bibir
memeknya dan memasukan satu sosis ke dalam memeknya yg terasa dingin
karena es tadi.
Kemudian ia memasukan sosis yg kedua, dan ketiga. Sosis yg keempat
putus ketika akan dimasukan. Memek Winda sekarang diisi oleh tiga buah
sosis yg masih berasap. Winda menangis kesakitan kerena panas yg
dirasakannya.
“Keliatannya nikmat!” Jhoni tertawa.
“Tapi gue lebih suka dengan mustard!” Ia mengambil botol mustard dan
menekan botol itu. Cairan mustard keluar menyemprot ke memek Winda.
Winda menangis terus, melihat dirinya disiksa dengan cara yg tak
terbaygkan olehnya.
Sambil tertawa Jhoni melanjutkan usahanya menghancurkan isi toko itu.
Winda berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil. Nafasnya
tersengal-sengal, ia tidak kuat menahan semua ini. Tubuh Winda bergerak
lunglai jatuh.”
“Hei! Kalo kerja jangan tidur!” bentak Jhoni sambil menampar pipi Winda.
“Lo tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm.”
Winda meronta ketakutan melihat Jhoni memegang dua buah jepitan
buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya keras sekali. Jhoni
mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Winda, menekannya hingga
terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu
Winda. Winda menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap
ke puting susunya. Kemudian Jhoni juga menjepit puting susu yg ada di
sebelah kiri. Air mata Winda bercucuran di pipi.
Kemudian Jhoni mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi,
mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika
pintu itu didorong Jhoni hingga membuka keluar, Winda merasa jepitan
tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia
menjerit kesakitan.
“Nah, udah jadi. Lo tau kan pintu depan ini bisa buka ke dalem ama
keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik
bukan didorong. Jadi gue sekarang pergi dulu, terus nanti gue pasang
biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang
dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik
tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!”
“Jangan! saya mohoon! mohon! jangan! jangan! ampun!”
Jhoni tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada
pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik.
Winda menangis ketakutan, puting susunya sudah hampir rata, dijepit. Ia
meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan. Tubuh Winda berkeringat
setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil.
Lama kemudian terlihat sebuah baygan di depan pintu, Winda melihat
ternyata baygan itu milik gelandangan yg sering lewat dan meminta-minta.
Gelandangan itu melihat tubuh Winda, telanjang dengan buah dada
mengacung.
Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Kemudian ia meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.
Winda berusaha menjerit “Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!”,
tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yg kemudian menarik kawat dan
menarik jepitan yg ada di puting susunya. Gigi-gigi yg sudah menancap
di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Winda
menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan. Cerita Mesum
Winda tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir.
Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Sedangkan kakinya
juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa
kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat
sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang.
Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan
pinggulnya. Winda merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan
pantatnya dari belakang. Sesuatu yg dingin dan keras berusaha masuk ke
liang anusnya. Winda menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan
tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.
“Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi.”
“Tapi Mbak, pantat Mbak kan belon.” gelandangan itu berkata tidak jelas.
“Jangan!” Winda meronta, ketika penis gelandangan tadi mulai berusaha
masuk ke anusnya. Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi
menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anus Winda. Lalu ia
berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong
dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Winda.
Winda menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi
mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yg berpinggiran
tajam. Liang anus Winda tersayat-sayat ketika gelandangan tadi
memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Winda bisa membesar.
Setelah beberapa saat, gelandangan tadi mencabut botol tadi. Tutup
botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Winda, tapi ia tidak
peduli. Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus
Winda yg sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandang
tadi mulai bergerak kesenangan, sudah lama sekali ia tidak meniduri
perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Winda merasa dirinya
akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju.
Winda terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yg
mungkin membawa penyakit kelamin, tapi gelandangan tadi terus bergerak
makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Winda, membuat Winda
menjerit karena puting susunya yg terluka ikut diremas dan
dipilih-pilin. Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan
Winda merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan
tadi jatuh terduduk lemas di belakang Winda.
“Makasih ya Mbak! Saya puas sekali! Makasih.” gelandangan tadi melepaskan ikatan Winda.
Kemudian ia mendorong Winda duduk dan kembali mengikat tangan Winda
ke belakang, kemudian mengikat kaki Winda erat-erat. Kemudian tubuh
Winda didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar. Cerita Hot
Sambi terus mengumam terima kasih gelandangan tadi berjalan
sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko. Winda
terus menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir
keluar dari anusnya. Lama kemudian Winda jatuh pingsan kelelahan dan
shock. Ia baru tersadar ketika ditemukan oleh rekan kerjanya yg masuk
pukul 6 pagi.(scs*)
- Home
- Cerita Sex . Perampokan Berujung Pemerkosaan
Perampokan Berujung Pemerkosaan
Perampokan Berujung Pemerkosaan
Reviewed by Unknown
Published:
Rating : 4.5
Published:
Rating : 4.5