Seputar cerita sexs
Gara - Gara Lembur Kerja Jadi Pengen Ngentot Nama panggilanku Murti. Aku berusia 25 tahun dan bekerja di sebuah
perusahaan swasta di Surabaya pada posisi yang cukup menyenangkan baik
secara status maupun secara ekonomi. Aku seorang blasteran Jawa-Jepang,
namun secara fisik, Rambutku pendek seleher. Aku
tergolong wanita yang kurus dengan tinggi badan 176 cm dan berat 59 kg.
Namun aku merasa memiliki bentuk tubuh yang bagus, dengan kaki yang
panjang, dan payudara yang tidak besar namun padat dan kencang. Sejak
remaja, kehidupan seksualku tergolong cukup ‘bebas’ untuk orang
Indonesia. Selama aku cocok dan dia cocok, aku easy going sajalah.
Mungkin sikap ini juga yang membuatku belum mendapatkan pasangan ‘resmi’
hingga sekarang, tapi…, peduli amat? aku toh enjoy aja dengan ini
semua. Waktu itu akhir bulan Juni 99. Karena akhir bulan, seperti biasa aku
sibuk membaca dan mengevaluasi laporan hasil kerja anak buahku, dan
menuliskan laporan untuk atasanku. Karena waktu sudah sangat sempit, aku
memutuskan untuk bekerja overtime sampai selesai. Gedung perkantoran
tempatku bekerja tergolong pelit, mereka mematikan lampu dan listrik
utama setelah lewat pukul enam sore. Karena itu aku menyewa sebuah ruang
khusus yang memang disediakan gedung itu untuk orang-orang yang ingin
lembur. Ruangan itu kecil sekali, sekitar 3×3 meter, tidak berjendela,
sehingga terkesan seperti dikurung dalam sebuah kotak korek api, dan
AC-nya tidak begitu dingin. Namun karena tuntutan karier, ya sudahlah,
aku langsung menginput data ke dalam notebook untuk diemailkan pada
kantor pusat. Tak terasa, aku sudah bekerja hingga pukul delapan malam. Cerita Sex
Karena AC yang kurang bagus, aku merasa kegerahan dan haus. Aku
ingat, di luar bilik kecil ini, di dekat lift, ada sebuah dispenser air
minum, aku segera berdiri dan keluar dari ruang itu untuk mengambil air
minum. Ketika aku membuka pintu, aku melihat seorang Lelaki sedang
mengambil air di dispenser itu. Nah, aku lega bahwa ternyata dispenser
itu bekerja. Aku segera menghampiri dispenser itu, mengambil gelas, dan
menuangkan air ke gelasku. Lelaki yang sedang minum tadi tersenyum
menyapaku, aku tersenyum balik, sekedar ramah tamah basa-basi. Lelaki
itu berbadan besar, tingginya sekitar 180-an lebih tinggi dariku yang
tergolong jangkung. Ia tidak terlalu kurus atau gemuk, meskipun tidak
juga berbentuk seperti binaragawan. Tubuhnya terbungkus rapi oleh kemeja
Kenzo warna hijau muda dan di lehernya terikat dasi bercorak ramai khas
Gianni Versace. Wajahnya pun biasa saja, tampang orang pengejar karir
di usia pertengahan duapuluhan.
“Sedang lembur juga, Mbak?”, Tanyanya mencoba mencairkan suasana sepi.
“Iya, biasa, Mas, akhir bulan. Pas hari Jumat lagi.”
“Oh, pasti lagi nyelesaikan progress report yah?
“Iya, untung udah selesai barusan.”
“Wah, baguslah. Eh, omong-omong, Mbak kantornya di lantai berapa?”.
“Di lantai sebelas, di PT (perusahanku). Kalau Mas?”.
“Saya di lantai delapan, di PT (perusahaannya).””Oh, wajarlah kalau kita nggak pernah ketemu”.
“Haha, iya, rupanya ada gunanya juga lembur. Kita bisa saling kenal.”
Lelaki itu berkesan begitu sopan dan ramah, matanya sedari tadi
memandang hanya ke mataku, tidak ke arah kemejaku yang dua kancing
atasnya terbuka, sehingga nampak putihnya kulit dadaku mengintip keluar.
“Oh iya, kita belum kenalan, Namaku Albert.” Katanya sambil mengulurkan tangannya mengajak berjabatan tangan.
“Aku Murti.” Jawabku sambil tersenyum semanis yang aku bisa.
“Murti pulang nanti naik apa?”.
“Oh, aku bawa mobil sendiri. Kalau kamu?”. Cerita Hot
“Aku naik mobil juga…, Eh, Murti keberatan nggak kalau kita makan malam bareng setelah ini?”.
Wah, orang ini ‘direct’ juga yah? pikirku kegirangan.
“Boleh aja, apa Albert nggak ada yang nungguin di rumah?”.
“Ah, belum kok.” Jawabnya sambil mengerdipkan mata kiri dan tersenyum manis.
“OK, aku akan beres-beres dulu yah!”, Kataku sambil melangkah balik ke bilikku.
Aku segera mengemasi notebook dan kertas-kertas kerjaku secara
terburu-buru. Ada yang aneh di pikiranku. Aku merasakan ada gairah yang
mendorongku untuk berhubungan lebih intim dengan Albert. Padahal
orangnya biasa saja, kulitnya rada gelap, rambutnya cepak, wajahnya
biasa saja meski ukuran tubuhnya memang cukup besar untuk ukuran orang
sini. Tapi cara dia bicara, cara dia tersenyum, cara dia memandang
mataku, benar-benar hangat, namun tidak nakal atau kurang ajar.
Nyatanya, ia tidak berusaha mencuri pandang ke arah yang tidak-tidak
seperti Lelaki lainnya yang pernah ketemu aku. Hmm… Kira-kira apakah dia
ada keinginan untuk bercumbu denganku atau tidak yaa?
Selagi aku asyik mengkhayalkannya, terdengar ketukan di pintu.
“Masuk!” Kataku sambil berharap bahwa itu adalah Albert.
Ternyata benar, Albert berdiri di pintu itu sambil menenteng tas
notebook di tangan kanannya. Dasinya telah dilepas, dan kancing bajunya
terbuka yang di atasnya, sehingga nampak rambut-rambut halus di situ.
“Gimana, udah selesai?”, Tanyanya.
“Iya, udah, tapi sewa overtime nya sampai jam sepuluh nih, jadi masih
rugi kalau aku tinggalkan sekarang!” Aku mencoba mengajak bercanda. Cerita Dewasa 2016
“Haha, pelit juga kamu, Mur! Boleh aku masuk?”.
“Silakan aja, asalkan kamu nggak keburu pulang”.
“Ah, nggak kok, ini kan Jumat, biasanya juga pulang telat”.
“Biasanya kemana aja kalau Jumat malam?”.
“Paling-paling pergi sama teman-teman main badminton atau basket”.
“Oh, seru dong? Apa sekarang nggak Bertungguin teman-temannya?”.
“Ah, mendingan juga di sini nemenin Reni. Sekali-kali boleh kan ganti suasana?”Kami kembali tertawa-tawa.
Ia duduk di meja kerja, sementara aku duduk di kursi kerjaku yang tadi.
“Wah, panas sekali di sini…, AC-nya kurang bagus yah?” Katanya sambil
menggulung lengan bajunya ke atas, dan membuka satu lagi kancing baju
di dadanya. Aku menahan diri untuk tidak melihat ke arah rambut-rambut
di dadanya.
“Mur, kamu nggak panas pakai blazer di ruang kaya gini?” Tanyanya
dengan nada yang terkesan wajar, meski mungkin saja tujuannya nakal.
“Well, sebenarnya iya sih…, boleh nggak aku copot blazernya?”
“Hahaha, kok pakai minta izin segala sih? Memangnya aku Papa mertua kamu?”.
Humornya membuatku tertawa geli, tapi juga sekaligus membuatku ingin
berbuat lebih jauh dengannya. Maka aku berdiri dari kursi, dan
melepaskan blazerku dengan gaya yang aku buat-buat agar nampak seksi.
Aku menunggu apa reaksi dia kalau dia melihat bahwa ternyata kemeja yang
aku kenakan ini tidak berlengan, sehingga kehalusan bahuku bebas
dilihatnya.
“Wah, ternyata nggak ada lengannya toh?, Bisa-bisa nanti orang hanya
menempelkan selembar kain saja di bawah blazer”. Candanya mengomentari.
“Sialan, aku kira kamu akan bilang aku seksi, Bert!”, Jawabku menggoda.
“Hah? wah, kalau itu sih…, apa kamu masih kurang yakin? sampai-sampai aku perlu meyakinkan diri kamu lagi?”
“Hihihi, ada-ada saja. Tapi thanks lho!”, Kataku sambil mengerdipkan mata.
Lalu dengan gaya yang kocak ia menceritakan bahwa seorang pialang
saham ulung akan lebih merasa tersanjung bila dipuji atas kepandaiannya
memasak daripada atas kepiawaiannya menganalisis saham. Wow, aku jadi
merasa tersanjung juga karena itu berarti dia mengakui keindahanku.
Tiba-tiba dia berkata lagi, “Kamu nggak minta dipijitin sekalian,
Mur? Kan kalau di film-film semi, adegan cewe buka blazer dilanjut
dengan adegan pijit itu trus berlanjut dengan adegan yang biasanya
disensor?”.
Ya ampun…, caranya begitu jantan sekali dan sama sekali nggak kurang
ajar…, Aku jadi luluh juga dibuatnya, dan aku jadi rela untuk
menyerahkan tubuhku padanya…, meski sebenarnya akulah yang
menginginkannya.
Aku segera menjawab, “Terserah deh, tapi nggak usah disensor juga nggak apa-apa kok”.
“OK deh, itu berarti adegan yang disensor itu bisa aja dilakukan
nanti?”Katanya, sambil berdiri di belakang kursiku dan mulai memijit
bahuku.
Kami terdiam sejenak, ia memijit bahuku lewat kemejaku. Rasanya
mantap juga, tapi tali bra yang kukenakan terasa menyakitkan sedikit.
Dan dia bukannya tak tahu itu, ia menyingkapkan kemeja tanpa lenganku ke
bawah, sehingga kini pundakku terpampang di hadapannya.
“Huh, tali ini menggangguku memamerkan keahlianku memijit!” Katanya
sambil menyingkirkan tali bra ku ke samping, aku jadi merasa begitu
seksi, Bertelanjangi perlahan-lahan seperti ini membuat pikiranku jadi
aneh-aneh.
“mm…, nikmat sekali Bertt…”, Kataku sambil menikmati pijitannya yang memang nikmat dan membuatku menggeliat-geliat sedikit.
Tangannya dengan mantap memijiti pundak dan leherku, membuatku merasa
begitu rileks, dan terus terang saja…, terangsang. Tiap kali jemarinya
yang hangat itu menyentuhku, rasanya begitu nikmat hingga aku mengerang
keenakan.
“mm…, mm…, aduuh, enaknyaa…, boleh juga tangan kamu, Bert!”
“Eh, rintihannya jangan dibuat-buat gitu dong! Nanti aku jadi ingin
mijit bagian yang lain!”. Ia membuatku jadi makin terangsang dengan
pilihan katanya yang selalu di luar perkiraanku.
“Berarti kalau aku merintih-rintih yang dibuat-buat, kamu pijit bagian yang lain yah?”
“OK! Setuju!” Candanya dengan nada seperti orang sedang rapat
kampung. “Aahh… mmhh…, Ohh..” Rintihku aku buat-buat sambil bercanda.
Tiba-tiba tangannya langsung turun meremas kedua payudaraku yang
masih terbungkus bra itu. Tangannya diam di situ, dan dia bilang, “Tuh
kan? apa aku bilang? kalau kamu buat-buat gitu, tanganku jadi memijit
bagian yang lain!” Katanya sambil bercanda…, padahal aku sudah mabuk
kepayang dan ingin tangannya segera meremas kedua payudaraku. Seputar cerita sexs
“Udahlah Bert…, sekarang kita mulai aja deh”, Kataku dengan nada serius.
“Baiklah, Saya juga ingin melakukannya sejak tadi, kalau kamu yang minta oke lah!”, Katanya.
Ia pun langsung menurunkan bra-ku ke bawah, hingga kedua payudaraku
kini terbuka lebar. Ia memutar kursiku hingga kami kini berhadapan. Ia
berlutut di depanku, matanya menatap mataku yang telah sayu terlanda
birahi. Aku menggerakkan tanganku untuk melepas kacamata minusku, namun
ia menghalanginya.
“Nggak apa-apa, Mur…, Aku senang melihat kamu dengan kaca mata itu…, seksi sekali!” Katanya sambil mengedipkan mata kiri.
Tanpa banyak kata, ia lalu memajukan kepalanya dan mengulum bibirku,
aku terpejam ketika merasakan lidahnya menerobos mulutku. Aku agak
terkejut ketika ia melepaskan bibirnya dari bibirku. Belum sempat aku
membuka mata, aku sudah merasakan jilatan lidahnya membasahi leherku
yang jenjang, merambat menyusuri bahuku…, hangat sekali rasanya.
“Nngg…”, Aku mulai merintih pelan sambil menengadahkan kepalaku.
Sementara lidahnya melingkar-lingkar mengolesi leherku, turun ke belahan
dadaku…, menari-nari di situ…, uhh…, aku semakin tak karuan rasanya. Cerita Mesum
“Augh, cium yang aku mesra…!” Aku meracau tak karuan.
“Wah…, ketahuan nih, udah pengen yaa?”, Godanya nakal. Aku sudah
kesetanan, segera kudekap kepalanya dan kutarik mendekati dadaku, dan
kubusungkan kedua dadaku agar ia segera mengulum puting payudaraku. Dia
malah berkata lagi, “Iya, iya aku tahu maksudnya kok…, sslurp”.
“Uhgkk”, Mulutnya menangkap puting payudaraku yang kanan, lidahnya
menjilat-jilat lembut, aduuh…, rasanya gelii dan nikmaat sekali…, aku
menggelinjang-gelinjang menahan geli yang luar biasa, lidahnya seperti
melingkar-lingkari puting payudaraku dengan cepat namun lembut. Begitu
gelinya hingga punggungku terlepas dari sandaran kursi dan melengkung
seperti busur panah.
Kini lidahnya berpindah ke puting payudaraku yang kiri,
mengait-ngaitnya…, Aduuhh aku semakin lupa daratan, Aku nggak tahu
kenapa, tapi jilatan Albert rasanya begitu berbeda, benar-benar
membuatku seperti melayang-layang kegelian, rasanya seluruh badanku
kehilangan energi…, lemas sekali, tapi terasa nikmaat sekali. Puting
payudaraku yang kanan kini dipilin-pilinnya.
Uhhfff…, Kedua puting payudaraku yang sensitif ini menjadi
bulan-bulanan mulut rakus Albert, aku merintih dan mengerang sebisaku,
keringatku mulai menetes, rasanya sulit sekali untuk bernafas teratur,
tiap kali menarik nafas selalu terhenti oleh rasa geli yang menyengat
puting payudaraku.
Tiba-tiba ia berhenti. “Mur, naik ke meja dong?”, Katanya sambil
mendirikan tubuhku. Karena sudah terangsang tak karuan, aku menurut saja
ketika ia menelentangkan tubuhku di meja kantor, kemejaku telah terbuka
kancingnya, namun ia tidak melepasnya, hanya menyingkirkan ke kiri
kanan. Aku sempat tertegun melihat kemeja Albert masih tampak rapi,
hanya celananya saja yang terlihat menonjol karena desakan
kejantanannya. Aku tertegun juga ketika melihat kedua puting payudaraku
terlihat kemerahan, berdenyut denyut dan mencuat tinggi sekali. Aku
segera kembali terpejam ketika mulut rakusnya kembali menyerang kedua
payudaraku. Puting-putingku dijilat, dihisap, digigit, dan aku tak tahu
diapakan lagi…, rasanya luar biasa geli dan nikmat. Aku hanya bisa
telentang di meja itu sambil terengah-engah dan menggelinjang menahan
serbuan birahi.
“Ahhkk…, sshh…, mmh…”, Aku mendesah dan meracau tak karuan. Sementara
tangan kananku mulai gatal dan menyusup kebalik rok mini dan celana
dalamku, menggosok-gosok bibir kemaluanku yang rupanya telah lembab dan
basah sekali dari tadi.
Kini Albert memilin-milin kedua puting payudaraku dengan
jari-jarinya, dan lidahnya menyusuri perutku yang langsing, menjilati
puMurku. Lidahnya mendarat di tempat-tempat tak terduga yang memberiku
sensasi yang luar biasa selain pilinan jarinya pada puting payudaraku.
Paha bagian dalamku tak luput dari jilatan-jilatannya yang mesra dan
buas. Disingkapkannya rok miniku ke atas, lalu jemarinya kembali ke
puting payudaraku seolah tak membiarkan mereka istirahat. Digigitnya
karet celana dalamku, secara refleks aku merapatkan kaki dan mengangkat
punggungku agar ia mudah melepaskannya. Aku tak tahu diapakan, tapi
celana dalamku segera lepas. Secara sukarela aku mengangkangkan kedua
tungkaiku lebar-lebar agar ia bisa memandangi kewanitaanku yang telah
membanjir karena ulahnya.
Albert melepaskan kedua putingku, lalu menekan pahaku keluar, agar ia
lebih bebas lagi memandangi kewanitaanku. Aku hanya terengah-engah
memandangi langit-langit dalam keadaan terangsang sekali. Akhirnya aku
mampu menarik nafas panjang, karena kedua putingku tak lagi menerima
sengatan birahi darinya. Tapi tiba-tiba kurasakan hawa dingin di
kewanitaanku, ia meniup-niupnya, memberiku rasa geli yang aneh…,
membuatku semakin tak tahan lagi, ingin ia segera menancapkan
kejantanannya ke tubuhku.
“Ohh…, cepatlahh Alberto…, ayo…, kamu hebat… deh!”.
“Mur…, badan kamu indah sekali…, luar biasa…, cantik sekali”. Cerita Dewasa 2016
“Please, lakukan sesuatu…” Aku merintih memintanya segera
menyelesaikannya.”Ahhgg…”, Aku menjerit dan menggelinjang hebat ketika
lidahnya tiba-tiba menyayat clitorisku dengan cepat dan tajam. Lalu
kewanitaanku seperti diselimuti oleh sesuatu yang basah, panas, dan
lunak, terhisap-hisap, dan clitorisku tersayat-sayat oleh sesuatu.
Karuan saja aku makin tak tahan, menggeliat-geliat tak karuan,
punggungku terangkat-angkat dari meja itu, mataku tak mampu kubuka,
nafasku kian terasa berat, rasanya gelii sekali…, nikmat tak terkira,
“Oohh…, Alberto…, uuhh…, enaak sekalii…, sshh…, kamu apain akuu…,
aduuhh”.
Rintihanku kian tak terkendali, aku segera memlintir-mlintir kedua
puting payudaraku untuk menambah kenikmatan, meremas kedua payudaraku
yang kenyal, sementara Albert tak henti mengirimkan kehangatan birahi
lewat bibir kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut Albert kian buas
menerpa kewanitaanku. Apalagi ketika jarinya Bertusukkannya ke dalam
liang kewanitaanku, dan menari-nari di dalamnya…, Aduuh…, benar-benar
tak terperi nikmatnya.
Tusukan jari Albert menyentuh tempat yang tepat…, berkali-kali…,
Aduhh…, terasa seluruh energiku seperti terhisap ke tempat itu…,
terkumpul di situ…, lalu meledak.
“Aahhgg Albert…, uhh..”, Aku segera mencapai klimaks. Orgasme yang
luar biasa sekali…, merenggut sebagian kesadaranku…, hingga kini aku
terkulai lemas. Aku mencoba mengatur nafas…, tapi sia-sia…, kenikmatan
ini benar-benar membuatku terbang melayang. Aku terpejam, merasakan
nikmatnya diriku terombang-ambing ke alam tak sadar…, menggumam.
“mmhh…, Albert…, nikmat sekali…, hh”.
“Murti, mau istirahat dulu?”.
“Ngghh…, nggak…, langsung aja, goyang yang cepat! sekarang!”, Aku tak
mampu mengontrol pilihan kataku lagi, birahiku telah menguasai diriku.
“Well, baik kalau begitu..”, Itu kata terakhir yang kudengar dari
Albert, lalu sambil hanya dapat memandangi langit-langit aku merasa
pahaku dikangkangkan, tiba-tiba…, sspp…, Kejantanannya mengisi tiap
rongga di liang kewanitaanku ini.
“Aduuhh…, Ohh…, terusin sayangghh…, deeper…”, Aku merintih tak karuan
ketika ia mulai menggerakkan tubuhnya. Ia berdiri sementara aku
telentang di meja, jelas ia sangat leluasa menggerakkan tubuhnya,
kejantanannya terasa menyodok dan menggerus-gerus seluruh bagian dalam
kewanitaanku dengan buas dan garangnya.
Aku tak mampu bergerak membalas karena masih lemas oleh orgasme yang
pertama tadi…, namun persetubuhan ini rasanya lebih hebat lagi…,
rasa-rasanya seluruh tubuhnya memasuki liang kewanitaanku, aku hanya
memejamkan mata, menggeliat, merintih. “Uhh…”. Sodokan-sodokan
kejantanannya terasa kian dalam menerobos daMur kewanitaanku
telapak-telapak tangannya yang kaMur tak henti meremas dan memegang
kedua payudaraku.
Beberapa menit kemudian, Albert tiba-tiba menarik kejantanannya dari
kewanitaanku, lalu dengan begitu cepat membalikkan tubuhku hingga kini
badanku tengkurap di meja, namum kakiku menjuntai ke lantai, puting
payudaraku terasa geli merasakan dinginnya meja kantor itu, aku hanya
terengah.
Albert menikamkan kejantanannya lagi ke lubang kewanitaanku dari
belakang…, “Uffhh…”, sensasi yang berbeda lagi…, ia mengocok tubuhku
keras sekali hingga meja itu bergoyang-goyang, saat itu juga, aku
merasakan klimaks menyambar tubuhku…, kewanitaanku serasa mengejang,
menggigit kejantanan Albert, kedua tanganku mencengkeram ujung meja
kuat-kuat, tubuhku menegang, dan aku merasakan adanya gelombang
kenikmatan yang menyapu jiwaku, merenggut tenagaku, aku menjerit
tertahan “Ahkk!”. Lalu aku merasakan nikmat yang luar biasa dan tubuhku
serasa lemas sekali.
“Aduuh…, Bertt…, Enakk sekali.., hh”.
“Tahan sebentar, ya Murti…, bisa kan?”, Jawabnya sambil mempercepat gerakannya.
“Ahhkk…, sakit…, pelan-pelan dongg..”, Kewanitaanku terasa ngilu.
“Sebentar saja yang…, sebentaar lagii”. Cerita Seks
“Ohh…, Uhhg…, Ngg..”, Aku mengerang-erang menahan ngilu, namun rasa
sakit itu tak bertahan lama ketika tiba-tiba kehangatan kembali mengalir
lewat kewanitaanku. Aku serasa melambung lagi oleh orgasme yang ketiga,
ketika sperma Albert menyembur menghangatkan sudut-sudut liang
kewanitaanku. Kali ini, kenikmatan itu mengantarkanku ke alam tak sadar
untuk beberapa saat.
Cukup lama aku tertelungkup di meja itu, terengah-engah, dibanjiri
keringat, lemas sekali seperti setengah pingsan. Yang dapat kurasakan
hanya rasa nikmat dan kepuasan tiada tara, aku sempat melihat Albert
melemparkan tubuhnya ke kursi kerja, lalu memejamkan matanya.
Beberapa saat kemudian, aku tersadar. Dengan sisa tenagaku aku
mencoba berdiri dan merapikan kemejaku yang telah kusut tak karuan
karena habis bersetubuh tanpa melepaskan pakaian. Tak kukenakan kembali
celana dalamku karena telah sedikit basah oleh cairan kenikmatanku
ketika foreplay tadi.
Kukenakan kembali blazerku, kulihat Albert sedang berdiri bersandar
di pintu tanpa ada kusut sedikitpun di kemejanya, namun wajahnya tampak
berseri-seri.
“Murti, udah jam sepuluh seperempat!”.
“Iya, sudah waktunya pulang nih”.
“Nah, dengan begini kamu nggak rugi kan?”.
“Apanya yang nggak rugi?”.
“Kan bayar sewa ruang overtimenya sampai jam sepuluh!?”.
Kami tertawa-tawa lagi. Lalu berjalan menuju tempat parkir mobil kami
di lantai lima. Di lift, sebenarnya ingin juga sekedar berpelukan atau
berciuman, tapi sayang sekali satpam gedung ikut berada di lift, senyam
senyum memandangi wajah-wajah kami yang kusut meski berseri-seri.
Semenjak itu, aku masih beberapa kali lagi melakukannya dengan Albert,
sampai ia dipindah tugaskan menjadi kepala pemaMuran di daerah lain. Dan
aku? Cerita Hot
Well…, Ia memang luar biasa, tapi availability ialah segalanya,
bukan? Aku kembali mengejar karier, sambil bertualang dari satu pelukan
ke pelukan lain para Lelaki (dan kadang-kadang wanita) yang aku
taklukkan dengan tubuhku.(scs*)
- Home
- Cerita Sex . Gara - Gara Lembur Kerja Jadi Pengen Ngentot
Gara - Gara Lembur Kerja Jadi Pengen Ngentot
Gara - Gara Lembur Kerja Jadi Pengen Ngentot
Reviewed by Unknown
Published:
Rating : 4.5
Published:
Rating : 4.5