Seputar cerita sexs
Sensasi Penuh Kejutan Sebuah insiden baru terjadi beberapa malam yang lalu. Insiden
yang tidak disengaja yang membangunkan sesuatu yang tanpa kusadari telah
ada di dalam diriku. Kamis malam kemarin temanku yang bernama Roy
mampir untuk mengobrol, minum dan nonton TV di rumahku. Roy bekerja di
kantor yang sama denganku. Hari Jumat keesokannya adalah hari libur
untuk kantor kami jadi kami mendaptkan 3 hari libur di akhir minggu
tersebut.
Karena itulah kami tidak terburu-buru menghabiskan malam itu. Berbeda
dengan istriku, Monic; ia harus bekerja esok harinya. Dan karena
termasuk orang yang tidak suka tidur larut malam, ia pergi tidur sekitar
pukul 10:30. Monic adalah salah satu orang yang paling lelap saat
tertidur. Beberapa kali aku pernah mencoba mengguncang-guncangkan
bahunya untuk membangunkannya, namun selalu gagal. Ia terus tertidur.
Setelah Monic pergi tidur, Roy dan aku duduk di ruang tamu dan
menonton DVD porno yang sengaja kami beli. Lagipula Monic juga tidak
pernah suka menonton film-film seperti itu. Setelah beberapa adegan, Roy
berkata, “Wah, pasti enak yah kalo punya cewe untuk diajak ngeseks!
Udah lama banget nih, gue kagak begituan!” Aku sedikit kaget mendengar
komentarnya. Roy bukanlah pria yang buruk rupa.
Dengan tinggi 175 cm dan berat sekitar 70 kg, aku malah menduga ia
mempunyai banyak teman wanita. “Emangnya elu lagi ga jalan sama
siapa-siapa, Lo?” tanyaku. “Kagak. Sejak Bunga putus sama gue 2 taon
yang lalu, gue agak-agak malu untuk ajak cewe jalan,” jawabnya. Kami
mengobrol tentang Bunga yang ternyata tidak serius dengan Roy. Setelah
beberapa botol bir dan beberapa adegan dari film porno yang kami tonton,
Roy bangkit berdiri untuk pergi kencing. Cerita Sex
Aku tetap duduk sambil menonton film itu untuk beberapa saat dan
akhirnya baru menyadari bahwa Roy belum kembali setelah cukup lama pergi
kencing. Aku berdiri dan menghampirinya untuk memeriksa apakah ia
baik-baik saja. Saat aku berada pada jarak yang cukup dekat dengan WC,
aku melihat pintu itu terbuka. Aku masuk ke WC dan mendapati Roy berdiri
di pintu yang menghubungkan WC dengan kamar tidurku. Ia terlompat
melihat aku masuk.
“Wah, sorry banget nih,” katanya. “Waktu gue masuk, pintu ini memang
udah terbuka. Dan waktu gue mau keluar, gue liat dia terbaring seperti
itu.” Aku berjalan mendekati tempat Roy berdiri dan melihat ke arah
kamar tidurku. Monic terbaring menyamping sehingga punggungnya menghadap
ke arah kami dengan kaki yang sedikit tertekuk.
Monic tidur dengan mengenakan daster panjang namun bagian bawahnya
tersingkap sampai ke pinggul sehingga menampakkan bulatan pantat yang
halus, mulus dan terlihat tidak mengenakan celana dalam. Pundaknya
sedikit tertarik ke belakang sehingga memperlihatkan kami sisi bukit
dadanya dan tonjolan puting susunya dari balik daster yang sedikit
tembus pandang.
Ia terlihat sangat seksi terbaring seperti itu dengan remang-remang
cahaya dari WC. Bibirnya sedikit terbuka dan rambutnya yang panjang
terhampar di atas bantal. Boleh dibilang posisi Monic saat itu seperti
sedang berpose untuk pemotretan majalah dewasa.
“Gila! Cakep banget!” kata Roy sambil menahan nafas. “Gue mau disuruh
apa aja untuk mendapatkan cewe seperti dia, Kris.” Pada awalnya aku
sedikit kesal mendengar perkataan Roy. Namun pada saat yang bersamaan,
melihat Roy memandang istriku seperti itu tanpa sepengetahuan Monic
justru membuat diriku terangsang.
“Aduh, sorry nih, Kris. Gue rasa udah waktunya buat gue untuk
pulang,” kata Roy berbalik badan untuk keluar. “Eh, tunggu, Lo,” kataku.
“Ayo masuk ke sini sebentar aja. Tapi jalannya pelan-pelan, oke?” “Ha?!
Elu mau gue masuk ke kamar elu?” “Kalo cuma lihat doang mah ga ada yang
dirugikan, kan? Tapi kita engga boleh buat dia terbangun, oke?”
Bahkan aku sendiri tidak percaya apa yang baru saja aku katakan. Aku
mengijinkan pria lain masuk ke kamar tidurku sehingga ia dapat melihat
istriku yang dalam keadaan setengah telanjang. Aku pun masih tidak yakin
apa dan sejauh apa yang akan aku lakukan berikutnya.
Saat kami berjingkat memasuki kamarku, aku mendorong Roy untuk
mendekat ke samping ranjang. Bahkan Roy sendiri terlihat tidak yakin.
Pandangannya berpindah-pindah antara aku dan Monic. Semakin mendekat ke
ranjang, pandangannya lebih terarah ke Monic. Monic berbaring di pinggir
ranjang di sisi tempat kami berdiri dan semakin kami mendekat, kedua
bukit payudaranya semakin jelas terlihat.
Puting susunya dapat terlihat dari balik dasternya yang tipis. Walau
bagian bawah dasternya sudah tersingkap namun kami masih belum dapat
melihat bibir vaginanya karena tertutup oleh kakinya.
Aku hanya berdiri di sana dengan cengiran lebar memandangi Roy dan
istriku bergantian. Dengan mulut ternganga, Roy juga hanya memandangi
istriku dengan takjub dan kagum. “Gila, Kris. Seksi banget sih! Gue ga
percaya elu kasih gue liat bini elu dalam kondisi begini!”
Dengan hati-hati aku meraih tali daster Monic dan menariknya turun
melewati pundaknya turun ke lengan sehingga bagian atas dasternya
tersingkap dan memperlihatkan lebih banyak lagi bagian payudaranya.
Gerakanku terhenti saat kain bagian atas daster itu tertahan oleh puting
Monic.”Mau lihat lebih banyak?” aku berbisik.
“I-iyah!” Roy berbisik balik. Dengan sangat lembut aku mencoba untuk
menurunkan tali daster itu lagi namun puting susunya tetap menahan kain
itu sehingga tidak dapat terbuka lebih jauh. Aku menyelipkan jari-jariku
ke bawah daster tersebut lalu dengan hati-hati mengangkatnya sedikit
melewati puting Monic. Roy menahan nafasnya tanpa bersuara. Cerita Dewasa 2016
Sekarang payudara kirinya sudah terbuka. Putingnya yang sangat halus
dan berwarna merah muda itu berdiri tegang karena mendapat rangsangan
dari gesekan kain dasternya tadi. Lalu aku meraih ke tali dasternya yang
lain dan meloloskannya dari pundak kanan Monic. Dengan lembut aku
menarik kain daster itu melewati puting sebelah kanannya. Kini kami
dapat melihat kedua payudara Monic tanpa ditutupi benang sehelaipun.
Aku membiarkan kedua tali dasternya menggelantung di lengan dekat
sikunya karena aku tidak mau mengambil resiko kalau-kalau istriku
terbangun. Roy masih berdiri di sampingku dan dengan mulut yang masih
ternganga ia menatapi payudara dan pantat Monic yang kencang. Sesekali
Roy mengusap-usap tonjolan di selakangannya walau ia berusaha agar aku
tidak melihatnya.
Kontolku sendiri sudah membesar dan berusaha memberontak keluar dari
jahitan celana jeans yang kupakai. Aku terangsang bukan hanya karena
melihat tubuh istriku namun juga karena apa yang sedang kuperbuat.
“Jadi, bagaimana menurut elu?” aku berbisik lagi.
“Gila, man! Gue ga percaya semua ini! Dia cantik banget! Gue sih cuma
berharap,” jawabnya sambil mengusap tonjolan Kontolnya sendiri. Aku
berpikir sejenak, “Kalau sampai ia terbangun, tapi lagipula aku memang
akan mencobanya.”
Aku menarik Roy semakin mendekat ke ranjang lalu aku menunjuk ke
payudara istriku. “Ayo, pegang susunya. Tapi harus dengan lembut, oke?
Gue nggak mau ambil resiko nih.” Mata Roy terbuka lebar sekali lalu
mendekatkan dirinya ke tepi ranjang. Ia membungkuk sedikit dan
menjulurkan tangan kirinya untuk meraih bulatan payudara istriku.
Tangannya sedikit bergetar dan tangan kanannya ditekankan di
selangkangannya seakan digunakannya sebagai penopang. Tapi aku tahu apa
yang sebenarnya ia kerjakan. Jari-jari itu dijulurkan makin lama semakin
mendekat sampai akhirnya ujung jarinya menyentuh kulit payudara Monic
tepat di bawah areola.
Dengan hati-hati Roy meletakkan ibu jarinya di bagian bawah payudara
Monic sebelum akhirnya ia geser perlahan-lahan naik ke puting susu
tersebut. Monic tidak bergerak. Saat ibu jarinya mencapai bagian areola,
Roy menggerakkan telunjuknya melingkari puting Monic dengan lembut.
Aku kenal Monic sejak jaman masih bersekolah. Kami berpacaran sejak
saat itu dan akhirnya kami menikah. Dan dalam sepengetahuanku, tidak
pernah ada pria lain yang pernah melihat tubuh Monic sampai sejauh ini
apalagi menyentuhnya. Lalu Roy mulai meraba payudara itu dengan sangat
lembut dari yang satu berpindah ke payudara yang lain.
Monic masih tak bergerak dalam tidurnya walaupun sepertinya terlihat
nafas Monic menjadi lebih cepat. Roy mulai menjadi lebih berani dan
dengan menambahkan sedikit tenaga, ia meremas kedua buah dada Monic. Roy
sudah tidak menutup-nutupi usahanya untuk mengusap-usap Kontolnya dan
kelihatannya ia berniat untuk menyemprotkan spermanya dari balik
celananya.
Aku masih belum puas untuk membiarkan semua ini berakhir saat itu,
jadi aku menyuruhnya mundur sejenak sementara aku melepaskan tali-tali
daster itu dari lengan Monic. Aku menarik turun daster itu sejauh yang
aku bisa tanpa harus menarik secara paksa kain daster. Aku berhasil
membuka tubuh bagian atasnya sampai pada bagian bawah tulang rusuknya
sebelah kiri. Lalu aku bergerak ke bagian pinggulnya.
Dengan hati-hati aku menarik kain yang menutupi bagian bawah
pantatnya lalu melepaskan kain itu dari kakinya yang menekuk. Hal ini
memperlihatkan seluruh pantatnya dan sebagian dari bibir vaginanya. Roy
masih belum dapat melihatnya dari tempat ia berdiri saat ini. Aku
mendengar ia sedang melakukan sesuatu di belakangku.
Dan begitu berbalik badan, aku mendapatinya sedang memelorotkan
celana jeansnya sebatas testisnya sehingga ia dapat leluasa mengocok
Kontolnya. Aku kembali berbalik ke Monic lalu meluruskan kaki kirinya.
Hal ini membuat bulu-bulu halus kemaluannya dapat terlihat bahkan sampai
hampir ke bibir vaginanya.
Saat melihat aku melakukan hal ini, Roy melongokkan badannya melewati
badanku untuk melihat tubuh Monic lebih jelas sementara ia
bermasturbasi. Aku menarik kaki kiri Monic dengan lembut sehingga
membuat tubuhnya berbaring terlentang menghadap ke atas dan
memperlihatkan seluruh tubuhnya secara frontal.
“Wahhhh, gila, man!” Roy berbisik dan mulai mengocok Kontolnya lebih cepat.
“Jangan cepet-cepet, brur,” aku memperingatkan dia. “Elu mau pegang
memeknya sebelum elu klimaks, kan?” Langsung Roy berhenti mengocok dan
menatapku dengan pandangan seperti anak kecil yang dihadiahi sepeda
baru. “Mantap, man! Elu kasih gue¦, ahhh, mantap, man!” Ia mengganti
tangan kanan dengan tangan kirinya untuk memegang Kontolnya, tapi tidak
mengocoknya.
Lalu dengan tangan kanannya, yang sedari tadi digunakan untuk
mengocok Kontolnya, ia menyentuh bulu-bulu kemaluan Monic dengan
perlahan. Roy mulai membelai Monic melalui bulu-bulu itu dengan
jemarinya. Namun tidak sampai ke bibir vaginanya. Monic masih terlelap
namun nafasnya semakin bertambah cepat setelah Roy mengusap-usap
kemaluannya.
Setelah itu dengan menggunakan jari tengah dan telunjuknya, Roy
mengusap turun ke sepanjang bibir vagina Monic lalu mengusap naik lagi
sambil menaruh jari tengahnya di antara bibir kemaluan tersebut. Begitu
ia menarik tangannya ke atas, jari tengahnya membuka bibir vagina itu
dan wangi harum vagina Monic mulai memenuhi kamar. Seputar Cerita Sexs
”Gilaaaaa, man!” desah Roy sambil menarik ke atas jari-jarinya yang
sudah masuk sedikit ke dalam liang kewanitaan istriku.Saat jari Roy
menyentuh klitorisnya, tubuh Monic seakan tersentak sedikit lalu ia
mendesah dengan suara yang nyaris tak terdengar. Melihat hal ini Roy
segera menarik tangannya.
Aku melihat bahwa istriku masih terlelap namun aku tidak yakin apakah
perbuatan ini dapat membangunkannya atau tidak. Roy menatap aku dan aku
menganggukkan kepalaku memberi isyarat bahwa ia dapat melanjutkan. Lalu
dengan menggunakan tangan kirinya, Roy mengocok Kontolnya sampai cairan
pelumas keluar dari ujung Kontolnya.
Roy menyapu cairan yang keluar cukup banyak membasahi kepala
Kontolnya kemudian dengan tangan yang sama ia mulai mengusap-usap bibir
kemaluan Monic. Kadang ia membuka bibir vagina tersebut dengan jari
tengahnya. Sesekali pinggul Monic bergerak maju dan mundur sedikit dan
ditambah dengan desahan lembut yang keluar dari mulutnya. Roy sudah
mengocok Kontolnya lagi. Lalu tiba-tiba sebuah ide timbul dalam otakku.
Dengan hati-hati aku menarik kaki kiri Monic keluar dari ranjang
sampai vaginanya berada tak jauh dari ujung ranjang namun masih cukup
jauh bagi Roy untuk menyetubuhi istriku. Kontol Roy tidak sepanjang itu
dan lagipula aku tidak yakin apakah persetubuhan dapat membangunkannya.
Dan juga aku tidak yakin apakah aku ingin Roy menyetubuhi istriku karena
hal ini masih baru buatku.
“Lo, ke sini deh,” aku berbisik sambil menarik lengannya. “Berdiri di
antara pahanya. Dari sini elu bisa lebih leluasa mengusap-usap memeknya
sambil ngocok. Tapi jangan ngentotin dia, ya? Elu denger, engga?” Roy
mengangguk dan segera pindah ke antara kedua paha Monic. Roy
mengusap-usap vagina Monic dengan jari-jari tangan kirinya dan mengocok
Kontolnya dengan tangan kanan.
Kontol Roy hampir sejajar tingginya dengan vagina Monic dan berjarak
sekitar 10 cm sementara ia mengocok Kontolnya dengan penuh nafsu. Lalu
Roy menggunakan ibu jarinya untuk mengusap-usap vagina Monic sehingga ia
dapat lebih mendekat lagi sampai pada akhirnya jarak antara Kontol dan
vagina Monic kurang dari 1½ cm.
Pinggul Monic masih sedikit bergoyang-goyang sesekali dan pada satu
saat, pinggul Santi bergerak ke bawah dan kepala Kontol Roy bersentuhan
dengan bibir vagina Monic. Kontol Roy menggesek sepanjang bibir kemaluan
istriku. Hal ini membuat Roy meledak dan berejakulasi. Spermanya
muncrat ke mana-mana dan sebagian besar tersemprot ke bibir vagina
Monic.
Pada setiap semprotan, Roy melenguh dan beberapa kali dengan ‘tanpa
disengaja” ia menorehkan kepala Kontolnya ke bagian atas dari bibir
vagina istriku. Roy pasti sudah lama tidak berejakulasi karena sperma
yang dikeluarkannya begitu banyak.
Saat selesai klimaks, Roy mengurut Kontolnya untuk mengeluarkan
lelehan sperma yang masih tersisa di saluran Kontolnya. Ia membiarkan
lelehan itu jatuh ke bibir vagina Monic yang sedikit terbuka. Dan saat
mengalir ke bawah di sepanjang bibir vagina tersebut, terlihat lelehan
itu masuk lalu menghilang begitu saja seperti tertelan bumi.
Roy memandangku dan berbisik, “Gilaaaa, man! Gue ga tau cara berterima kasih sama elu, Kris!”
Aku tersenyum kepadanya dan memapahnya mundur secara ia telah selesai
dengan urusannya.Sekarang saatnya giliranku. Aku berdiri di antara
kakinya lalu melepaskan celanaku dan mulai mengocok Kontolku. “Roy, elu
keluar sebentar deh. Gue mau coba tarik badannya lebih ke pinggir supaya
gue bisa ngentotin dia,” aku berbisik dengan lebih kencang.
Roy menurut dan berjalan menuju pintu kamar kalau-kalau istriku
terbangun. Aku menarik tubuhnya sampai pantat sebelah kirinya
menggantung di pinggir ranjang. Selama itu Monic tidak bangun sama
sekali namun nafasnya masih berat dan dari vaginanya keluar cairan
pelumas dari tubuhnya bercampur dengan sperma Roy.
Lalu aku menyuruh Roy masuk ke kamar lagi untuk membantuku dengan
menyangga kaki dan pantat kiri Monic sehingga tanganku dapat kugunakan
dengan bebas. Roy meraih kaki kiri Monic dengan tangan kirinya lalu
dengan tangan kanannya ia menopang pantat Monic. Aku melihat ia meremas
pantat istriku saat ia mencoba menopangnya. Cerita Hot
Dan aku mulai menggesek-gesekkan Kontolku naik dan turun ke bibir
vaginanya yang sudah basah. Vaginanya sangat amat basah. Cairan vagina
Monic yang bercampur dengan sperma Roy, membuat liang kewanitaan Monic
menjadi sangaaaat licin. Bahkan aku sudah hampir klimaks jadi aku dengan
perlahan memasukkan batang Kontolku ke dalam liang kemaluan Monic yang
panas.
Walau sudah sangat basah namun liang vagina Monic masih sangat sempit
secara Roy tidak sempat melakukan penetrasi. Akan tetapi Kontolku dapat
menembus dengan mudah. Segera aku memompa vagina Monic dan setelah
sekitar 10 pompaan maju mundur, Monic mengalami orgasme dalam
tidurnya!!! Hal ini sudah cukup membuatku melambung mencapai klimaks.
Aku mulai menyemprotkan cairanku masuk ke dalam vaginanya dan tiap
muncratan seakan tersembur langsung dari buah zakarku. Monic
mengerang-erang dalam tiap desahannya dan begitu pula aku.
Roy berkata, “Gilaaaa, man!” namun kali ini ia tidak berbisik. Hal
ini tidak jadi masalah karena Monic tak bangun sedikitpun selama kami
menggarap tubuhnya. Ketika aku menarik Kontolku, Roy menaruh pantat dan
kaki Monic kembali ke ranjang. Lalu ia menunduk menjilati dan mengecup
puting susu Monic dan menyedotnya saat ia kembali menegakkan badannya.
Aku sudah terlalu lemas untuk berkomentar dan akhirnya aku hanya
menarik tangannya untuk keluar kamar. Saat aku berjalan mengantarnya ke
luar rumah, Roy tak habis-habisnya berterima kasih kepadaku. Aku
melambaikan tangan lalu mengunci pintu. Aku masuk ke kamar, berbaring di
atas ranjang di samping Monic dan langsung terlelap begitu saja.
Keesokan harinya, Monic membangunkanku dengan mencium telingaku. “Elu
ga bakalan percaya apa yang gue mimpiin kemarin malam!” katanya membuka
pembicaraan. “Gue bermimpi ada banyak tangan yang meraba-raba badan
gue.
Ngomong-ngomong, kemarin malam kita ngapa-ngapain ga, yah?” Aku
teringat kalau aku tidak sempat membersihkan sperma yang tercecer di
tubuhnya dan di ranjang sebelum pergi tidur kemarin. “Eeehhh…, iya
lah. Memangnya elu engga ingat apa-apa?”
“Yaah, gue ga tau yah. Semuanya kaya dalam mimpi gitu. Mungkin gue
setengah tidur kali. Tapi yang pasti asyik deh. Bagaimana? Apa elu
berniat untuk melakukannya sekali lagi sekarang selagi gue ga
ketiduran?” Pikiranku melayang ke kejadian kemarin malam, “Hmmmm,
bagaimana yah? Menurut elu bagaimana?” aku tersenyum.
Pada minggu berikutnya di kantor aku terus memikirkan malam itu
dimana Roy hampir menyetubuhi istriku, Monic. Aku dan Roy tidak pernah
menyinggung hal itu walau beberapa kali kami saling melepas senyum. Roy
melemparkan senyum penuh rasa terima kasih kepadaku.
Harus kuakui, aku sudah menjadi terobsesi dengan ide melihat istriku
disetubuhi pria lain. Namun masih ada perasasan yang mengganjal. Melihat
Roy bermasturbasi di depan Monic malam itu benar-benar tidak menjadi
masalah bagiku.
Tetapi dapatkah aku menerima melihat pria lain benar-benar
berhubungan seks dengan istriku? Menjelang akhir minggu aku dapat
melihat pandangan penuh harap dari wajah Roy. Aku tahu apa yang ia
pikirkan: “Apakah Kris bakal ngundang gue datang ke rumahnya lagi?”,
“Apakah gue bisa dapat kesempatan dengan istrinya?”
Hari Jumat akhirnya tiba dan sebelum jam pulang kantor aku mengajak
Roy untuk berkunjung lagi ke rumahku. Kegembiraan yang besar meluap dari
diri Roy.
“Yeahhhhh! MANTAP!!! Gue bakal bawa bir dan beberapa film untuk kita
tonton!” katanya dengan penuh semangat. “Oke. Datang jam 9-an deh,”
jawabku. Aku tahu pada saat itu Monic pasti sudah mulai mengantuk dan
keberadaan Roy akan mendorongnya untuk pergi tidur lebih cepat secara ia
tidak begitu suka bergaul dengan Roy. Aku merasa geli sesaat
membayangkan hal itu. Jika saja Monic tahu apa maksud kedatangan Roy, ia
pasti tidak akan tidur sepanjang malam, setidaknya sampai Roy pulang.
Lalu aku melakukan sesuatu yang mengangetkan diriku sendiri. “Hey,
Jo! Apa yang elu kerjakan malam ini?” aku bertanya. Bram adalah pribumi
berkulit gelap. Tinggi badannya mencapai 190 cm dengan berat badan bisa
mencapai 90 kg. Bram bukan seorang yang gemuk namun ia memiliki tubuh
yang besar dan kekar. “Ah, ga banyak. Kenapa? Elu ada acara apa?” ia
balik bertanya.
“Sekitar jam 9 malam nanti Roy bakal datang ke rumah gue untuk
main-main. Minum, ngobrol, apa aja deh. Kalo engga salah denger dia
bilang dia bakal bawa film-film BF. Gimana, berminat?” “Boleh, tapi
mungkin gue bakal telat.
Gue musti kerjain sesuatu untuk bokap, tapi ga lama deh,” jawabnya.
“Engga masalah. Oke sampai ketemu nanti,” aku berkata sambil berpikir
mungkin memang ada baiknya Bram datang setelah Monic tertidur.
Aku menoleh dan melihat wajah Roy yang terkejut, namun terkejut dalam
nuansa yang menggembirakan. Aku tersenyum dan sambil mengedipkan mataku
aku berjalan melewatinya, “Sampai nanti, Lo!” Malam itu saat makan
malam, aku terus memikirkan rencana malam nanti.
Aku membeli sebotol anggur dan meminumnya bersama Monic dengan
harapan ia dapat tertidur pulas malam itu. Seperti yang aku harapkan,
tidak memerlukan waktu yang lama sampai Monic mulai cekikikan karena
pengaruh anggur yang ia minum. Suatu keuntungan yang tidak terduga
anggur tersebut juga memberikan efek yang menstimulasi tubuhnya.
Dari bawah meja, Monic mulai menggesek-gesekkan kakinya yang terbalut
stoking ke pahaku. Kemudian setelah beberapa gelas anggur lagi, sambil
menonton TV Monic duduk menghadapku dengan satu kaki diletakkan di
lantai dan kaki lainnya ditekuk sehingga ia mendudukinya. Hal ini
menyebabkan roknya yang pendek tertarik ke atas sehingga memperlihatkan
pahanya dan ujung stokingnya.
Ia membuka kakinya sedikit untuk memperlihatkan kepadaku celana
dalamnya saat bel pintu rumahku berbunyi. “Aaaah!” ia memprotes. Aku
bangkit berdiri untuk membukakan pintu. “Siapa yah yang datang
malam-malam begini?” aku bertanya seakan tidak tahu bahwa yang datang
adalah Roy.
Setelah aku membuka pintu, Roy masuk dengan kantong plastik di
tangannya. Ia berdiri di samping pintu setelah aku menutup pintu itu.
Roy memandang Monic dan mulai berbasa-basi dengannya. Saat kembali ke
tempat dudukku, aku menyadari bahwa Monic masih dalam posisi yang sama.
Monic duduk menghadap kami sambil memain-mainkan rambutnya. Cerita Mesum
Ia benar-benar tidak sadar sedang memperlihatkan terlalu banyak
bagian tubuhnya kepada Roy saat ia duduk di sana dengan wajah yang
terlihat kecewa. Roy hanya berdiri mematung di sana sementara mereka
saling berpandangan. Monic memandangnya dengan pandangan kosong
sedangkan Roy memandangnya dengan pandangan tidak percaya.
Tiba-tiba Monic tersadar akan posisi duduknya dan cepat-cepat
berbalik lalu menurunkan roknya. “Ayo duduk, Lo. Sini, gue taruh di
kulkas dulu,” kataku sambil mengambil kantong plastik yang berisi bir
lalu berjalan ke dapur. Saat sedang memasukkan bir-bir itu ke dalam
kulkas, terdengar olehku Roy berkata kepada Monic bahwa ia berharap
kedatangannya tidak mengganggu acara aku dan Monic.
“Oh enggak, nggak apa-apa kok,” terdengar jawaban Monic. Aku tahu
benar untuk bersikap sopan, Monic membohongi Roy. “Kita cuma duduk-duduk
sambil nonton TV doang kok, dan sudah berniat untuk tidur.”
Aku tahu Monic mencoba untuk memberi isyarat kepada Roy bahwa
kedatangannya sudah mengganggu kami. Monic memang tidak tahu apa-apa
tentang rencana kami malam ini. “Apa rencana elu malam ini, Lo?” sambil
memberi bir, aku bertanya kepada Roy setelah kembali dari dapur. “Ah,
nggak banyak lah. Cuma mampir untuk minum-minum sedikit.” “Boleh-boleh
aja. Gimana menurut elu, San?” aku bertanya sambil memandangnya.
Wajah Monic menunjukkan kalau ia sudah pasrah bahwa Roy akan tetap
tinggal sampai larut malam. “Ya sudah, kalau begitu gue permisi dulu
deh. Gue tidur duluan yah,” jawabnya dan bangkit dari sofa. “Bagus!”
pikirku, semua sesuai dengan rencana. “Oke, San. Gue nyusul nanti,”
kataku sambil tersenyum kepada Roy. Dengan mulutnya, Roy melafalkan
tanpa suara, “Gue juga!” setelah Monic berjalan melewatinya menuju kamar
tidur.
Setelah Monic masuk ke kamar, Roy dan aku duduk menatap TV dengan
pandangan kosong. Tidak satupun dari kami yang membuka suara. Suasana
saat itu menjadi tegang penuh harap apa yang akan terjadi nanti.
Sekitar pukul 10 malam, aku mendengar Bram memarkirkan mobilnya di
depan rumah. Aku berdiri dan membuka pintu sebelum ia membunyikan bel.
Sebenarnya aku tidak berpikir suara bel rumah kami akan membangunkan
Monic, namun aku tidak mau ambil resiko. Pada awalnya kami bertiga
mengobrol sana-sini setelah Roy memutar film yang dibawanya.
Bram masih tidak tahu menahu tentang rahasia kecil kami. Aku sendiri
masih belum yakin benar untuk mengikutsertakan Bram ke dalam rencana
malam ini. Setelah 15-20 menit, aku melihat Roy mulai gelisah. Berulang
kali Roy terlihat beringsut dari tempat duduknya dan memandangku seakan
berharap mendapat kode persetujuan untuk memulai acara malam itu.
“Gue permisi sebentar yah,” kataku sambil berdiri menuju kamar dan
memberi isyarat kepada Roy untuk tetap duduk di tempatnya. Aku mau
memastikan semuanya sudah pada tempatnya sebelum acara dimulai. Dengan
hati-hati aku berjalan masuk ke kamar. Monic tidur terlentang di ranjang
dengan memakai daster imut yang semi transparan.
Aku rasa anggur yang diminumnya tadi sudah bereaksi dalam tubuhnya
secara Monic tidur dengan kaki yang agak mengangkang dan kedua lengannya
tergeletak di atas kepalanya. Monic terlihat sangat cantik terbaring di
sana dengan mulut yang sedikit terbuka (seperti biasanya) dan rambut
yang tergerai di atas bantal. Buah dadanya sudah dapat terlihat dari
balik kain dasternya yang tipis, menjulang seperti dua gunung kembar.
Nampaknya semua sudah siap tanpa aku harus berbuat apa-apa. Aku
bergerak menuju pintu WC dengan perlahan lalu membukanya sedikit
sehingga kamar itu sedikit lebih terang oleh cahaya lampu dari WC. Lalu
aku keluar bergabung dengan Roy dan Bram yang masih menonton film porno
yang sedang diputar.
“Jo, elu mau bir lagi?” tanyaku berharap supaya ia segera pergi
kencing. “Boleh, thanks!” jawabnya. Roy mengikutiku berjalan ke dapur
dan segera menghamburkan pertanyaannya, “Elu mau gimana kerjainnya?”
“Ya, gue rasa kita musti tunggu Bram pergi ke WC dulu untuk kencing.
Trus, barulah kita berdua masuk ke kamar dan melihat apa yang bakal dia
perbuat.”
Roy tersenyum dan kembali ke ruang tamu. Kami masih menonton beberapa
menit setelah itu dan mengomentari adegan-adegan di film tersebut. Tak
lama setelah itu Bram berkata, “Eh, Kris,… WC elu dimana?” “Tuh di
sana,” kataku sambil menunjuk ke arah WC. Aku berusaha agar suaraku
tidak terdengar terlalu antusias.
Bram berjalan menuju WC. Setelah aku mendengar pintu WC dikunci, aku
dan Roy bergegas menuju kamar. Setelah berada di dalam kamar, pandangan
Roy melekat ke tubuh Monic yang terbaring di atas ranjang. Bram tidak
menutup pintu yang menghubungkan WC dengan kamar tidurku. Mungkin ia
tidak menduga akan ada orang lain di sana. Cerita Sex
Saat ia selesai, aku dapat mendengar ia menarik resletingnya dan
bersiap keluar WC. Tiba-tiba aku mendengar Bram berhenti. Pasti ia telah
melihat Monic. Ia seakan berdiri berjam-jam di sana sambil memandang
istriku terbaring di ranjang dengan payudaranya yang terlihat jelas dari
balik daster transparan yang dipakainya, naik turun mengikuti irama
nafasnya.
“Bangsaaattt!” aku mendengar Bram berbisik. Aku tidak dapat menahan
geli dan tergelak. Bram mendengar suaraku dan melongokkan kepala masuk
ke kamar dan mendapati kami sedang berdiri di sana. Segera aku
menempelkan telunjuk ke bibirku dan menyuruhnya untuk tidak bersuara.
Aku mengajaknya masuk. “Itu bini elo, Kris?” ia berbisik lagi.
Aku mengangguk lalu menuntunnya menuju sisi ranjang. Roy mengikut
dari belakang dan berdiri di sebelah kiriku saat kami bertiga memandangi
tubuh istriku dari jarak dekat. “Gimana menurut elu?” tanyaku kepada
Bram sambil tersenyum. Ia menatap Monic beberapa detik lagi lalu menoleh
ke aku dan menatapku sambil menduga-duga ada apa di balik semua ini.
“Cantik banget, Kris!” ia menjawab sambil setengah tersenyum.
Perlahan-lahan aku meraih kain selimut yang menutupi tubuh bagian
bawahnya lalu menarik kain itu sehingga memperlihatkan bagian perut
Monic. Aku terus menarik selimut itu sampai ke bagian antara pusar dan
bulu-bulu kemaluannya. Kini kami dapat melihat ujung daster yang
dipakainya. Dengan hati-hati aku meraihnya dan mengangkat daster itu
melewati tubuh Monic yang putih mulus, melewati payudaranya yang ranum.
Puting susunya yang kemerahan mulai mengeras karena angin dingin
tertiup yang diakibatkan oleh pergerakan tanganku dan dasternya. Aku
bergeser ke sebelah kiri untuk memberi ruang bagi Bram untuk berdiri
tepat di depan payudara Monic. Sedangkan Roy bergerak ke sebelah kanan
Bram berdiri tepat di depan wajah Monic. Tanpa membuang waktu, Roy
membuka celananya dan mulai mengocok Kontolnya sementara aku menuntun
tangan Bram untuk meraba buah dada istriku dengan lembut.
Melihat perbedaan kontras antara tangannya yang besar dan hitam
dengan kulit Monic yang putih saat Bram meraba-raba payudara Monic
membuatku sangat terangsang! Tangannya sangat besar, hampir-hampir
menutupi seluruh payudara Monic yang berukuran sedang.
Dengan lembut Bram menjepit puting susu Monic dengan ibu jari dan
telunjuknya sehingga terdengar desahan lembut keluar dari mulut Monic.
Sementara itu, Roy sudah melepaskan celananya dan dengan mantap mengocok
Kontolnya yang diarahkan tepat ke wajah Monic yang hanya terpaut
beberapa senti dari mulutnya yang sedikit terbuka.
Roy menoleh ke aku saat ia meremas Kontolnya yang mengeluarkan cairan
pelumas. Cairan itu dibiarkannya meleleh dari kepala Kontolnya dan
menetes tepat di bibir Monic. Pada awalnya Monic tidak bergerak sama
sekali sementara cairan itu menggenangi bibir bawahnya. Namun sensasi
yang dibuat cairan itu pada bibirnya membuat Monic menyapu cairan itu
dengan lidahnya dan menelannya.
Melihat hal ini, Bram ikut melepaskan celananya. Setelah melepaskan
celana jeans dan celana dalamnya, aku melihat Kontol yang paling gelap
dan terbesar yang pernah aku lihat. Mungkin setidaknya panjangnya lebih
dari 25 cm dan tebalnya lebih dari 6 cm. Membayangkan Kontol sebesar itu
menerobos masuk ke dalam vagina Monic yang basah membuat diriku
bersemangat namun ada perasaan khawatir juga.
Aku sadar kalau sampai Bram memasukkan Kontolnya ke dalam vagina
istriku, pasti Kontol Bram akan memaksa mulut vaginanya meregang sampai
melebihi batas normal. Dan tidak ada keraguan dalam diriku bahwa hal ini
pasti akan membangunkan Monic walau seberapa lelapnya ia tertidur saat
itu.
Bram memandangku sejenak sebelum ia menunduk dan mengulum puting susu
sebelah kanan Monic sambil mengocok Kontolnya. Lalu ia membungkukkan
badannya sehingga pinggangnya maju ke depan dan mulai menggesek-gesekkan
Kontolnya ke payudara sebelah kiri. Setelah mengocok Kontolnya beberapa
saat, lendir pelumas mulai keluar dari ujung Kontolnya.
Bram mengolesi cairan itu ke seluruh bulatan payudara dan puting susu
Monic dengan cara menggesek-gesekkan kepala Kontol itu ke payudara
kirinya. Setelah menyuruh Roy bergeser sedikit, aku menarik turun kain
selimut sampai melewati ujung kakinya. Kini kami dapat melihat bulu-bulu
halus kemaluannya yang masih tertutup oleh celana dalam semi transparan
itu.
Roy menjamah kaki Monic lalu mengelus-elusnya dari bawah bergerak ke
atas semakin mendekat ke selangkangan Monic sambil terus mengocok
Kontolnya.
Hal ini merebut perhatian Bram. Ia kini menonton aksi Roy sambil
terus mengolesi payudara Monic dengan cairan pelumas yang terus keluar
dari Kontolnya. Rabaan Roy akhirnya mencapai bagian atas paha Monic.
Ia membelai jari-jarinya ke bibir vagina istriku yang masih dilapisi
kain celana dalamnya. Setelah Roy membelai naik dan turun ke sepanjang
bibir vaginanya, pinggul Monic mulai bergoyang maju mundur walau hanya
sedikit. Dan itu merupakan pergerakan Monic yang pertama sejak semua ini
dimulai (selain gerakan menjilat bibirnya tadi).
Aku semakin bersemangat. Dengan lembut aku mengangkat tubuh Monic
sehingga aku dapat melepaskan celana dalamnya, pertama ke sebelah kiri
lalu ke sebelah kanan. Setelah dapat menarik celana dalamnya sampai ke
setengah pahanya, segera aku menarik celana itu sampai lepas dari
kakinya. Monic kini telanjang bulat di hadapan dua pria yang sudah
dikuasai nafsu birahi.
Melihat istriku yang cantik terbaring tanpa mengenakan busana di
hadapan Roy dan Bram sementara mereka meraba, menggesek dan menjelajahi
setiap jenjang tubuh istriku, membuatku hampir meledak. Roy menggeser
kaki kiri Monic sehingga keluar dari sisi ranjang lalu menyelinap ke
antara pahanya dan dengan jari-jarinya mulai menjelajahi vagina Monic
yang rapat.
Awalnya masih dengan hati-hati, dengan menggunakan ibu jarinya, Roy
mengusap-usap bibir vagina istriku dengan wajahnya hanya terpaut
beberapa senti dari liang kewanitaannya.
Kemudian Roy memegang klitoris Monic dengan ibu jari dan telunjuknya
lalu memilinnya dengan lembut. Hal ini membuat Monic mendesah dan
menggeliat-geliat sehingga membawa kakinya ke pundak Roy. Bram sambil
menggesek-gesekkan batang Kontolnya ke kedua payudara Monic juga
meremas-remas payudara itu, menonton aksi Roy di antara paha Monic. Cerita Dewasa 2016
Ketika perhatianku kembali kepada Roy, ia sudah menggantikan
jari-jarinya dengan lidahnya! Dengan lembut Roy meletakkan salah satu
jarinya ke liang kewanitaannya. Ia menahannya di sana beberapa saat
sampai cairan vagina Monic membasahi jari itu. Baru setelah itu ia
menusukkan jari itu dengan perlahan masuk ke dalam vagina istriku.
Monic tersengal dan kedua kakinya dikaitkan di sekeliling kepala Roy.
Tanpa putus semangat, Roy meneruskan serangannya dengan menggunakan
lidah dan jarinya pada vagina istriku.
Tidak ada pria lain mana pun yang pernah melakukan hal ini terhadap
Monic selain dari diriku. Berdiri di antara Roy dan Bram, aku langsung
melepaskan celanaku dan mulai mengocok Kontolku sementara mereka
menggarap istriku. Tiba-tiba Bram berpindah posisi dan dengan perlahan
menarik bahu Roy. Roy memandang wajah Bram sejenak lalu pandangannya
turun ke Kontol besarnya yang terarah tepat langsung ke mulut bibir
kewanitaan Monic.
Roy mundur mengijinkan Bram mengambil tempatnya yang langsung
mengolesi kepala Kontolnya ke sepanjang bibir vagina istriku. Aku dapat
melihat cairan pelumas yang keluar dari Kontolnya membasahi vagina dan
bulu-bulu kemaluannya.
Aku terpekur dan tidak bisa bergerak sama sekali. Aku tidak tahu apa
yang harus kulakukan. Aku tahu bahwa Bram hendak menyetubuhi istriku
dengan Kontol raksasanya, namun bukan hal itu yang meresahkan aku. Jauh
dalam lubuk hatiku sebenarnya inilah yang aku inginkan dan yang sudah
aku rencanakan.
Akan tetapi aku tahu pasti bahwa Monic akan terbangun begitu Kontol
itu memasuki tubuhnya. Terlebih lagi aku baru menyadari bahwa diafragma
(alat KB) Monic tergeletak di atas meja. Biasanya, ia memakai
diafragmanya ketika ia tahu kami berniat untuk melakukan sesuatu, bahkan
jika ia pergi tidur sebelum aku tidur.
Namun malam itu, aku rasa ia sudah mabuk sehingga lupa memakainya.
Gambaran adegan pria berkulit gelap ini menyemprotkan air maninya ke
dalam liang vagina istriku yang tidak dilindungi alat KB, memicu sesuatu
dalam diriku walau sebenarnya aku INGIN melihat Bram menumpahkan
spermanya ke dalam vagina Monic.
Aku sudah tidak dapat mengontrol keinginanku untuk melihat hal ini.
Boleh dibilang aku memang sudah kehilangan kontrol atas situasi ini.
Setelah membalur kepala Kontolnya dengan cairan yang keluar dari vagina
Monic, Bram menaruh kepala Kontol itu di depan mulut bibir vagina
istriku lalu menekannya masuk.
Dengan perlahan kepala Kontol itu mulai menghilang dari balik bibir
vagina itu. Bibir vagina istriku meregang dengan ketat sehingga mencegah
kepala Kontol itu masuk lebih dalam. Masih dalam keadaan terlelap,
Monic membuka mulutnya saat ia tersengal begitu merasakan sedikit rasa
perih pada selangkangannya.
Aku berpikir: Jika hanya kepala Kontolnya yang baru masuk saja sudah
membuat istriku kesakitan, apa jadinya saat Bram mencoba untuk
menghujamkan seluruh batang Kontol itu ke dalam tubuhnya? Tapi untunglah
Bram bersikap lembut dalam serangan awal pada vagina Monic.
Dengan selembut mungkin dan dalam kondisinya yang sudah sangat
terangsang, Bram menggoyangkan pantatnya dalam gerakan maju mundur yang
pendek-pendek sehingga membuat bibir vagina istriku lebih meregang
sedikit demi sedikit seiring dengan semakin mendalamnya tusukan Kontol
itu.
Roy kembali pindah ke depan kepala Monic. Ia bermain-main dengan
payudaranya sedang tangannya yang lain mengocok Kontolnya di atas wajah
Monic. Sesekali Roy membungkuk dan dengan lembut mencium bibir istriku
yang sedikit terbuka itu, menjulurkan lidahnya sedikit masuk ke dalam
mulutnya sementara terus meremas-remas payudaranya sambil mengocok
Kontolnya.
Saat lidah Roy menyentuh lidahnya, dengan gerak refleks Monic menutup
bibirnya sedikit sehingga bibirnya membungkus lidah Roy. Dengan segera
Roy menarik wajahnya ke belakang lalu menyodorkan kepala Kontolnya masuk
sedikit ke dalam bibir Monic yang agak terbuka.
Seperti sedang bermimpi erotis, Monic mulai mengecup ujung kepala
Kontol Roy. Aku mendengar Roy mengerang saat aku mendengar suara
menyedot keluar dari bibir Monic
Perhatianku kembali kepada usaha penerobosan Bram terhadap tubuh
istriku. Saat ini sudah sekitar 5 cm dari Kontolnya masuk ke dalam
vagina Monic dan bagian yang paling tebal dari Kontolnya hampir masuk ke
dalamnya.
Tiba-tiba, seakan pembatas yang menghalangi Kontol itu masuk lebih
dalam lenyap dalam sekejap, bagian Kontol yang paling tebal itu langsung
masuk ke liang kewanitaan Monic. Bram mulai menggenjot panggulnya
dengan serius. Ia baru saja memasukkan 2/3 dari Kontolnya saat
tiba-tiba…… MONIC TERBANGUN!
Mula-mula kedua mata istriku melotot lalu ia tersengal dan
mengeluarkan Kontol Roy dari mulutnya sementara ia merasakan vaginanya
meregang sampai batas maksimal. Kami bertiga diam membeku saat orientasi
Monic yang baru terbangun sedikit demi sedikit terkumpul dan pada
akhirnya Monic tersadar sepenuhnya akan apa yang sedang terjadi.
Pandangannya berpindah dari Kontol Roy yang menggantung di depan
bibirnya lalu ke Bram yang Kontolnya sudah masuk ke dalam vaginanya.
Tiba-tiba, yang benar-benar membuatku terkejut, Monic melingkarkan kedua
kakinya ke pantat Bram lalu menekankan tubuh Bram agar Kontolnya
terbenam semakin dalam pada vaginanya.
Monic mengerang saat Kontol itu masuk 4 cm lebih dalam. Sudah
sebagian besar dari batang Kontol itu masuk ke dalam tubuhnya dan dalam
tiap hentakan, Kontol itu menerobos semakin dalam. Roy menaruh kepala
Kontolnya di bibir Monic dan sekali lagi Monic mulai menghisapi kepala
Kontol itu. Namun konsentrasinya jatuh pada Kontol Bram yang meregang
bibir vaginanya sampai batas yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya. Cerita Seks
Setiap kali Monic hendak menghisap kepala Kontol Roy, Bram
menancapkan Kontolnya lebih dalam yang membuatnya terhenti sejenak
dengan desahan yang keluar dari mulutnya. Aku mulai mengocok Kontolku
dengan lebih cepat ketika aku melihat Bram menghujamkan seluruh batang
Kontolnya ke dalam Monic.
Bibir vaginanya ikut tertarik ke dalam seiring dengan masuknya Kontol
itu. Dan saat Bram menarik Kontolnya keluar, cairan cinta Monic
terlihat membasahi batang Kontol itu dan bagian dalam vaginanya terlihat
ikut tertarik keluar seperti saat kita menarik keluar jari-jari kita
dari dalam sarung tangan.
Dalam waktu singkat Monic berorgasme dengan KUAT! Kontol Roy terlepas
bebas dari mulutnya saat ia melenguh dengan kuat,
“OOOOHHHHHHhhhh…..!” Seluruh tubuhnya mengejang sementara gelombang
demi gelombang orgasme menyapu seluruh tubuhnya dan tiap kali
teriakannya semakin kencang secara orgasmenya berlanjut dan semakin
menguat.
Getararan-getaran dalam vagina istriku yang membungkus rapat
Kontolnya akhirnya membuat Bram mencapai klimaksnya. Suara erangannya
terdengar keluar dari dalam mulut Bram sementara ia menghujamkan
Kontolnya dengan keras sekali lagi lalu memuntahkan cairan sperma jauh
di dalam vagina Monic.
Erangan dan desahan mereka bercampur seiring dengan klimaks mereka
yang akhirnya mereda juga. Cairan sperma yang terlihat seperti gumpalan
besar meleleh saat Bram menarik Kontolnya dari dalam vagina istriku.
Dengan Monic masih tergeletak lemas di atas ranjang, Roy segera
melompat ke antara kaki Monic. Ia mengoles-oleskan Kontolnya ke vagina
istriku yang basah oleh sperma Bram dan cairannya sendiri. Lalu dengan
mudah Roy memasukkan Kontolnya ke dalam vagina Monic yang sudah meregang
melebihi batas itu.
Setelah beberapa genjotan, Roy menarik Kontolnya dan mengarahkan ke
lubang anus istriku. Bahkan aku pun belum pernah memasukkan Kontolku
lewat pintu belakang. Aku menduga-duga apakah istriku akan menghentikan
perbuatan Roy.
Ternyata Monic tidak memberikan perlawanan sedikitpun, namun demikian
saat Kontol Roy masuk setengahnya ke dalam liang duburnya, Monic
meringis kesakitan. Tak lama setelah itu, otot-otot duburnya mulai
rileks dan Monic mulai menggenjot pantatnya sehingga Kontol Roy masuk
sepenuhnya ke dalam anusnya.
Bram berpindah ke dekat wajah Monic. Ia memegang Kontolnya yang penuh
dengan cairan sperma bercampur cairan cinta dari vaginanya di atas
mulutnya. Dengan lembut Monic membersihkan cairan itu dengan mulutnya
dan sesekali memasukkan Kontol yang sudah melemas itu sejauh yang ia
bisa ke dalam mulutnya.
Walau sudah melembek, Kontol Bram tak kurang dari 18 cm panjangnya
dan Monic mampu menelan sampai sekitar 15 cm sementara Roy memompa
anusnya yang masih perawan. Suara erangan Roy semakin membesar saat aku
mengangkangi dada istriku dan menekan kedua payudaranya ke Kontolku yang
sudah berdenyut-denyut. Dan aku mulai menggoyang-goyangkan pinggangku.
Monic mengeluarkan Kontol Bram dari mulutnya dan mulai menjilati
kepala Kontol itu sambil memain-mainkan Kontol dan buah zakarnya yang
licin. Baru saja aku hendak memuntahkan spermaku ke atas dada dan wajah
Monic, aku mendengar Roy mengerang untuk yang terakhir kalinya saat ia
mengosongkan muatannya ke dalam pantat istriku.
Hal ini membuatku mencapai klimaks dan menyemburkan cairanku ke dada
Monic. Secepat kilat aku meyodorkan Kontolku masuk ke dalam mulut
istriku dan ia mulai menyedot seluruh semburan sperma yang masih
tersisa. Monic terus mengulum Kontolku yang melembek sementara aku
terkulai lemas.
Aku menoleh ke belakang melihat Roy menarik Kontolnya dari dalam anus
istriku dengan suara yang basah, “Thllrrrpp!” Roy yang pertama kali
mengeluarkan suara, “Gilaaaaa, man! Enak beneerrrr!” Aku hanya dapat
menghela nafas begitu aku terkulai di samping Monic. Monic tersenyum
kepadaku dengan wajah nakal dan imutnya. Sambil masih bermain-main
dengan Kontol Bram yang besar itu,
Monic berkata dengan pelan, “Elu bener-bener penuh kejutan, yah!”
“Bukan cuma gue, tuh,” jawabku, “Kelihatannya elu juga penuh kejutan!”(scs)
- Home
- tempat bermain poker Cerita Mesum | Sensasi Penuh Kejutan
Cerita Mesum | Sensasi Penuh Kejutan
Cerita Mesum | Sensasi Penuh Kejutan
Reviewed by Unknown
Published:
Rating : 4.5
Published:
Rating : 4.5